music unlimited

slanker’s

 

PERBINCANGAN DENGAN SALAH SATU IKON ROCK N’ ROLL LOKAL SOAL POPULARITASNYA, JARAK USIA DENGAN PENGGEMARNYA YANG MAKIN JAUH, DAN KENAPA TIDAK SUKA POLITIK

Semua

berawal dari Cikini Stone Complex [CSC]. Kelompok musik yang berdiri pada Desember 1983, dengan para personelnya anak-anak SMA Perguruan Cikini. CSC tidak bertahan lama. Bimbim, drummer CSC lantas membentuk Red Evil. Kelompok musik ini tidak sekadar memainkan lagu karya sendiri. Penampilan panggung Red Evil urakan, cuek, serta bisa membawa nuansa berbeda pada lagu orang yang mereka mainkan. Ini membuat para penggemar awal serta teman-teman mereka, menjuluki Red Evil band yang slenge’an. Akhirnya, Red Evil berganti nama menjadi Slank.

Bukan persoalan yang mudah untuk Slank merilis album rekaman. Apalagi, industri musik Indonesia di tahun 90-an menginginkan album yang berkiblat pada aliran musik tertentu. Well, sampai sekarang sebenarnya sih. Tapi, yang jelas Slank ingin mendobrak kejenuhan pasar. Menawarkan suatu karya yang berbeda. Yang di luar arus utama [mainstream]. Walaupun ukuran berbeda tiap orang juga berbeda tentunya.

Kalau The Rolling Stones –salah satu idola mereka- identik dengan kemitraan Mick Jagger dan Keith Richards dalam karyanya, maka kemitraan serupa di Slank ada pada drummer Bimo Setiawan Almachzumi [Bimbim] dan vokalis Akhadi Wiera Satriaji [Kaka]. Awalnya, Bimbim ‘meminjam’ Kaka yang sebelumnya adalah vokalis di kelompok musik bernama Lovina. Ini keterusan hingga akhirnya Slank rilis album pertama mereka, Suit….Suit….He….He…..[Gadis Sexy] di tahun 1991.

Kaka dilahirkan di Jakarta, 10 Maret 1974. Cita-citanya waktu kecil adalah binaragawan atau tentara. ‘ Tentara karena pengaruh bokap. Binaragawan sih, kayak anak kecil sekarang ngeliat Smack Down aja,’ katanya. Walau tak bisa menamatkan SMP, Kaka membuktikan dia bisa sukses. Kecintaannya pada rock n’ roll ternyata bisa menghidupinya. Saking cintanya pada musik itu, dia juga nyaris menjual jiwa pada rock n’ roll. ‘ Untung bisa ditarik balik,’ katanya. Dan kalimat ‘ I know it’s only rock n’ roll but I like it’ dari The Rolling Stones juga sepertinya pantas untuk mewakili sosok Kaka.

Feature Editor Soleh Solihun mewawancarai Kaka. Pertemuan pertama Soleh dengan Kaka terjadi di Bogor, tahun ’95. ‘ Waktu itu, Kaka masih naik kendaraan umum untuk berkunjung ke rumah pacarnya yang kebetulan kakak temen Soleh. Kayaknya sih, Kaka nggak inget dengan peristiwa itu. Dan sekarang, agak susah membayangkan Kaka Slank naik bis. Dia sudah jauh lebih popular dan kondisi financial yang juga jauh lebih baik,’ kata Soleh.

Mid tahun ini, Soleh bertemu Kaka di Jalan Potlot III no 14 yang legendaris itu. Seperti hari lainnya di Potlot, ketika Soleh datang ke sana, lima Slankers sedang menunggu idola mereka. Berharap Bimbim, Kaka, Abdee, Ridho, atau Ivan muncul. Dan ketika akhirnya Kaka tiba di Potlot, mereka langsung menyodorkan poster untuk ditandatangani, lantas berfoto bareng. Kalau di era 90-an Kaka ke Potlot untuk nongkrong, sekarang dia ke sana untuk bekerja –dengan begitu, kondisi Potlot juga sudah jauh berbeda buat Kaka.

0 komentar



Recommended Money Makers

  • Chitika eMiniMalls
  • WidgetBucks
  • Text Link Ads
  • AuctionAds
  • Amazon Associates